SEJARAH kECAMATAN BETUNG

SEJARAH KECAMATAN BETUNG

 

  1. Latar Belakang (Muyang Betung)

 

Menurut Pitutur Pendahulu ( Leluhur) Orang Tua Masyarakt Eks Masyarakat Rimba Asam tempo dulu berkisar abad ke 17 Masehi seorang perantau dari Kota Demak ( Jawa Tengah) merantau ke Serang  Banten (Jawa Barat) kemudian menyerang ke Sumatera ( Lampung) langsung menuju Ke Palembang dan menetap di Marga Rimba Asam.

Adapun perantau tersebut yang dikenal dengan nama “ PUYANG TULIS” dan Istrinya “PUYANG BATIK” yang sekarang disebut Puyang Betung (Muyang Betung), dan makamnya beserta keluarganya berada di Kelurahan Rimba Asam yaitu sekitar ± 500 Meter dari Pasar Pagi Betung kearah Utara. Beliau seorang Muslim salah satu muridnya berasal dari Murid Wali Sembilan (Wali Songo) di Pulau Jawa yang mengembangkan Agama Islam yang turut andil menumpas penjajah Belanja dan sekutu dari Bumi Pertiwi ini sampai dengan Proklamasi Republik Indonesia Tanggal 17 Agustus 1945.

Konon cerita tabik pulun Muyang Betung bersama keluarga dan kerabatnya membangun lading pertanian dan perkebunan sekaligus pemukiman (kampung) yang mana daerah peladangannya mulai dari pematang berumbung kuning (sekarang tempat pemakaman umum) Desa Durian Daun sampai dengan Supat Musi Banyuasin yang diberi istilah Tujuh Lenggu (Lembah) dan Tujuh Pematang (Bukit). Beliau mempunyai saudara diantaranya Puyang Reuming (Remayu) merantau ke wilayah Marga Sungsang, kalau tempo dulu orang Marga Sungsang memanggil orang Marga Rimba Asam “UWAK”, karena puyangnya adik dari Muyang Betung. kemudian adik pria nya bernama Puyang Tombak Panjang sebagai hulubalang (Panglima Perang), makamnya disekitar makam Muyang Betung dan saudara perempuannya. Yaitu Puyang Gemuk gelarnya, makamnya juga disekitar makam Muyang Betung. adalagi adik perempuanya yang bungsu bernama Puteri Rambut Berbuah Emas (istilah julukannya). Konon cerita puteri ini menikah dengan Kubu Lebar Telapak kemudian merantau ke Lahat dan pagar Alam sampai sekarang belum diketemukan dengan jelas tabatnya (makamnya), mengapa puyang puteri rambut berbuah emas ini menikah dan merantau dengan kubu lebar telapak. Sedikit kami tukilkan ceritanya, Kubu Lebar Telapak ini orang sakti pendatang dari daerah uluan (luar daerah) ia menemui dan tujuannya akan mempersunting adik Muyang Betung yang bungsu yaitu Puteri Rambut Berbuah Emas (julukannya). Sesuai dengan aturan/tata cara masa itu, Muyang Betung mengizinkan Kubu Libar Telapak menikah dengan adiknya, Jika Kubu libar telapk bias mengalahkan dalam adu tanding bila kubu libar telapak kalah maka menjadi pacal atau yang dikenal dalam bahasa Indonesia (ABDI) kepada Muyang Betung seumur hidup dan mereka beradu tanding selama 3 Tahun lamanya karena mereka mempunyai ilmu kanuraga yang tinggi dari Pematang Bukit Ujung Tanjung Pengkalan Muyang Betung . Selam proses adu tanding yang dasyatnya yang dulunya pematang menjadi lembah sebelum itu mereka saling membakar membuat perunan (Unggunan Api dari Kayu) setalah saling membakar keduanya kedinginan seperti direndam dalam air dan disitu merka tidak ada kalah dan tidak ada yang menang sama kuat maka tanjung tersebut dinamakan Tanjung Selatan di Sungai Cengal jarak pangkalan Muyang Betung dengan Tanjungan Selatan  ± 15 Meter. Kemudian pertandingan dilanjutkan di tangjung pinggiran Sungai Betung diilir Muara Sungau Binting (Anak Sungai Betung) jaraknya antara Tanjung Salaian ke Tanjung tersebut ± 10 Km.

Pada saat menyeberang sungai Betung keduanya membuat perjanjian karena tidak ada jermaba (Jembatan) isi perjanjian tersebut adalah : siapa yang membuat jeramba (jembatan), jembatannya patah dititi (dilewati) lawan (musuh) maka yang membuat jerambah kalah, bila keduanya sama-sama patah pertandingan belum selesai. Kemudian kubu lebar telapak dari kayu Meranti Bujang sebatang berukuran ± medding 1 meter panjang 30 Meter, cara kayu meranti bujang tersebut dicabut dan diletakkan diatas sungai dari tepian kanan  kiri sungai kemudian dipersilahkan Muyang Betung menyeberangi dengan ucapan Bismillah. Muyang Betung menapakkan kaki kirinya diatas jeramba baru berjalan 3 langkah jeramba tersebut patah, bukan main terkejutnya Kubur Libar Telapak. Selanjutnya giliran muyang Betung membuat Jeramba mengunakan tongkat semambu ulung jenis rotan, yang besarnya sejempol ibu jari kaki dan panjangnya 1 meter, namun anehnya tongkat tersebut setelah diurut 3 kali menjadi panjang keseberang sungai besarnya tetap sejempol jari kaki, kemudian Kubu Libar tepak dipersilahkan oelh Muyang Betung untuk menyeberangi sungai dan sangat terkagetnya kubu libar telapak bawa semambu itu malah melengkung keatas buka melembek ke bawah air alahasil sampai keseberang sungai kemudian kubu libar telapk mengaku kalah dan diapun menepati janjinya yaitu pacal (Mengabdi) seumur Hidup kepada Muyang Betung dan Tanjung tersebut NONGKOL artinya Takluk atau Kalah.

Tak Lama selang kemudian adi kandung Muyang Betung (Putri Rambut Berbuah Emas)  diam – diam Jatuh Cinta kepada Kubu Libar Telapak dan akhirnya Kubu Libar Telapak dan (Putri Rambut Berbuah Emas) dinikahkan Muyang Betung, setelah dinikahkan mereka menjadi suami Istri membara ke Lahat dan Pagam Alam.